![]() |
Sumber: www.kompasiana.com |
SUMEDANG
- Gema
sholawat dan suka cita menyambut bulan penuh berkah sudah menjadi hal umum yang
akan dilakukan setiap tahunnya. Kala petang tiba orang-orang akan berkutat
dengan kegiatan ‘ngabuburit’ yang
seolah menjadi rutinitas, setelah menahan lapar dan dahaga. Ada berbagai cara
yang bisa umat muslim lakukan untuk mengukir bentuk rasa syukur atas kedatangan
tamu yang selama ini dinantikan.
Namun ada yang berbeda dengan suasana bulan suci Ramadhan
kali ini. Semua merasa sedih dan resah bak dihujani cobaan luar biasa tak
terkira sebelumnya. Ya, Ramadhan kali ini datang bersamaan dengan hujaman
pandemi Covid-19 yang masih menghantui.
Hal tersebut sesuai dengan perasaan salah seorang Kepala
Madrasah Diniyah Aliyah (MDA) Miftahul Jannah, Nunung Nurhayati (45). Ia
merasakan bagaimana keresahan tersebut masih bersemayam dalam benaknya, namun
berusaha untuk tidak goyah atau takut selama masih bisa berikhtiar serta
berdo’a kepada-Nya.
“Resah, tapi tidak takut selama ada Allah dan selalu
menjaga kebersihan. Karena penyakit ini datang dari Allah, maka minta perlindungan
pun harus pada-Nya,” tuturnya saat diwawancara melalui WhatsApp pada Rabu
(22/04/20).
Rasa khawatir tidak bisa melakukan ibadah maksimal selama
Ramadhan pasti tertancap disanubari setiap muslim, meskipun hanya setitik.
Seiring dengan adanya imbauan dari pemerintah untuk membatasi interaksi sosial,
kegiatan ibadah di bulan suci seperti tarawih hingga tadarus ditakutkan tidak
berjalan normal seperti biasanya.
“Apa yang ditakutkan saat ini, tentu saja kita sebagai
umat muslim takut tidak bisa beribadah di bulan suci Ramadhan sebagaimana
biasanya. Tidak bisa menyambung tali silaturahmi dengan kerabat saat lebaran,
tarawih berjamaah di Masjid seperti biasanya, dan lainnya,” ucap Kepala salah
satu MDA di Cijeler, Sumedang tersebut.
Namun Nunung berujar bahwa sebagai insan mulia dan
bertakwa, harus bisa menyikapi hal ini dengan dua cara, yaitu tenang mengikuti
sunnah Rasul dan menaati anjuran pemerintah. Merekatkan iman meminta
perlindungan-Nya, serta membangun imun tubuh dengan menjaga kebersihan adalah
misi utama seorang muslim pada Ramadhan tahun ini.
Nunung juga berbagi cakrawala pengetahuannya. Ia
menyebutkan bahwa menjaga kebersihan berhubungan erat dengan keimanan seperti
tercantum dalam Q.S Ali Imran ayat 137 dan 138, yang menyatakan bahwa virus ini
berasal dari sesuatu yang kotor. Maka Allah memerintah manusia untuk mengikuti
sunnah Rasul.
“Disebutkan juga dalam Islam bahwa kebersihan ialah
sebagian dari iman, dan bagi siapa saja yang tidak mengikutinya maka hancurlah
dunia,” jelasnya.
Sejalan dengan dilema yang masih berkecamuk ini, salah
seorang Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Sebelas April
(UNSAP), Miftah Nurhidayah Zahro (20) merasakan adanya keistimewaan pada bulan
penuh berkah kali ini. Di samping ketakutan yang masih melanda, ia berharap
bahwa beribadah dan berperang melawan Covid-19 ini bisa membawa pahala yang
berlipat.
“Harapan ke depannya, semoga situasi ini cepat berlalu
dan cepat membaik. Tetap jaga kebersihan
dan patuhi aturan pemerintah,” tutup Miftah.
Ratih Pratiwi
1174050129
Jurnalistik 6C
UTS Jurnalisme Online
Komentar
Posting Komentar